Selasa, 29 Mei 2018

Keberadaan Primata Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) Pada Hutan Kampus Universitas Bengkulu


Universitas Bengkulu merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang terletak di Provinsi Bengkulu. Universitas Bengkulu lebih dikenal dengan sebutan UNIB, lingkungan kampus yang masih relatif hijau membuat beberapa satwa liar masih menempati dan menjadikan lingkungan kampus Universitas Bengkulu sebagai habitatnya. Keberadaan dan kekayaan flora dan fauna dalam lingkungan hutan kampus belum sepenuhnya terinventarisasi secara optimal, salah satu fauna yang mampu bertahan hidup dan menempati habitat hutan kampus UNIB yaitu Primata Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821). Kehadiran primata ini membuat kampus UNIB mempunyai daya tarik tersendiri.
 Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) adalah salah satu spesies dari 459 jenis hewan primata yang ada di dunia dan 59 jenis primata yang hidup di Indonesia (Supriatna dan Rizki, 2016) yang termasuk ke dalam sub-famili Colobinae yang dikaji dalam penelitian ini. Lutung kelabu tersebar di Brunei, Indonesia (Bangka, Belitung, Kalimantan, Pulau Natuna, Lingga, Bintang, Sugi, Jombol, dan Bakang in the Kepulauan Riau dan Sumatra), dan Malaysia (Sabah dan Sarawak) serta di sepanjang pantai barat Semenanjung Malaya (Groves, 2001). Mereka hidup di pesisir pantai, hutan bakau, dan hutan dataran rendah (Davies dan Oates, 1994). Menurut Nurwulan (2002), lutung kelabu ini dapat dijumpai pada hutan pegunungan primer maupun sekunder hingga ketinggian 600 mdpl.
Keberadaan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) di kampus Universitas Bengkulu adalah keeksotisan tersendiri. Selain mempunyai daya tarik dan keindahan, akan tetapi Lutung kelabu juga berperan penting dalam ekosistem hutan kampus, yaitu membantu proses pertumbuhan tanaman (regenerasi dan suksesi hutan) dengan memakan daun dan buah, selain itu Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) sebagai polinator dan penyebar biji tumbuh-tumbuhan karena pada umumnya primata memainkan peran sebagai spesies kunci (key species) dalam sebuah ekosistem (Cowlishaw dan Dunbar, 2000 dalam Santosa dkk, 2010). Hasil pengamatan Harmanyah (2017), menunjukan bahwa pada kotoran Lutung Kelabu terdapat beranekaragam jenis biji-bijian yang berasal dari buah-buahan tumbuhan yang dimakan. Dokumentasi kotoran lutung kelabu disajikan pada Gambar.


Gambar. Kotoran Lutung Kelabu di Kampus Univesitas Bengkulu (Sumber : Harmansyah, 2017)

Ancaman utama terhadap populasi Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) di Kampus Universitas Bengkulu adalah adanya penurunan kuantitas dan kualitas habitat, antara lain terjadinya fragmentasi habitat, selain itu kontaminasi sumber air yang berasal dari limbah-limbah pambangunan dan aktvitas kampus lainnya. Terjadinya fragmentasi hutan akibat pembukaan hutan dan pembukaan lahan untuk pembangunan gedung-gedung  baru telah menyebabkan banyaknya qoridor populasi Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) yang terputus dan berimplikasi pada penyempitan habitat dan wilayah jelajah.
Gambar. Bangkai Lutung Kelabu yang ditemukan di kampus Universitas Bengkulu
Menurut hasil penelitian Harmansyah (2017),Lutung kelabu (T. cristatus) yang terdapat di hutan kampus Universitas Bengkulu sebanyak 15 ekor, yang terdiri dari 5 anak-anak, 2 ekor muda jantan ,1 ekor muda betina, 2 ekor dewasa jantan dan 5 ekor dewasa betina. Jalur atau koridor lutung dalam lingkungan kampus Universitas Bengkulu yaitu, belakang gedung UPT bahasa Inggris, Arboretum, dan gedung pengelolaan limba sampah rektorat, Laboratorium Ilmu Tanah, depan gedung PSDAL, dan samping Laboratorium Teknologi Industri Pertanian (TIP), depan Laboratorium Kehutanan, samping danau belakang Laboratotium Kehutanan, samping Laboratorium Agroteknologi Pertanian. Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi tempat tidur yang dipilih oleh lutung kelebu (T. Cristatus ) adalah pohon yang rindang dan tinggi. Adapun pohon yang di jadikan tempat tidur lutung di kampus Universitas Bengkulu , yaitu Sengon, pohon Kapuk (Harmansyah, 2017). Koridor lutung dapat dilihat pada gambar.
Gambar. Peta koridor lutung kelabu (T. Cristatus) di hutan kampus Universitas Bengkulu (Sumber : Harmansyah, 2017).
           
Prilaku Sosial Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) di Universitas Bengkulu

Perilakau Makan
Makan adalah aktivitas yang menghabiskan waktu paling besar setiap jam dan setiap hari bila dibandingkan dengan bergerak dan hampir berimbang dengan waktu istirahatnya. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  sangat selektif dalam memilih pakannya, hal tersebut barkaitan dengan strategi makan dan ketersediaan pakan. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  akan banyak memakan buah ketika musim buah tiba, tapi ketika tidak ada akan lebih banyak mengkonsumsi pucuk daun (Harianto, 1988).
Primata mempunyai tingkah laku makan yang khas, yaitu dapat menggenggam makanan yang akan dimakan dan perkembangan sekum yang baik sehingga meningkatkan kemampuan sistem digesti dalam mencerna makanan. Primata memiliki naluri terhadap makanan yang perlu dimakan, dan hal ini mempengaruhi tingkah laku makan mereka. Pada umumnya hewan primata adalah omnivore (pemakan hewan dan tumbuhan).
Gambar.Lutung Kelabu Sedang Makan

Pemilihan pakan (preferensi) dapat menunjukkan jenis pakan yang paling disukai oleh lutung dan pakan yang paling tidak disukai. Selain itu tingkat kesukaan jenis pakan dapat diketahui dengan cara menghitung pakan yang paling sering di konsumsi. Church (1976) mengatakan bahwa hewan memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya.
Jenis pakan lutung kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) yang terdapat di hutan kampus universitas Bengkulu, dalam penelitian ini terdiri atas 12 jenis yaitu Sengon (Albizia chinensis), Pulai (Alstonia scholaris), Terap (Artocarpus odoratissimus), Kapuk (Ceiba pentandra), Lamtoro (Leucaena leucocephala), Johar (Senna siamea), Kayu Gadis , Kayu Bawang (Azadirachta excelsa), Mangga (Mangifera indica), Sungkai (Peronema cenecens), Flamboyan (Delonix regia), dan Karet (Hevea brasiliensis).
Dari hasil data pengamatan diperoleh bahwa jenis pakan yang paling disukai oleh lutung adalah pohon Sengon. Lutung mengambil bagian pucuk Sengon yang muda dengan cara mematahkan cabang daun lalu membawa bagian yang suda di patahkan ke cabang pohon atau langsung memakan bagian ujung daun dan buah langsung dari pohon sengon. Bagian buah Sengon yang di makan adalah biji dengan cara dibuka, cara membukanya dapat menggunakan giginya atau bahkan menggunakan kedua tangan dan jarinya, tetapi kadang lutung langsung memakan buah Sengon tanpa membukanya terlebih dahulu. Dimana penyebab pohon Sengon lebih banyak di sukai oleh setiap tingkatan umur lutung kelabu (T. cristatus), karena pohon Sengon tanaman yang banyak terdapat dalam wilayah hutan kampus universitas Bengkulu.
Berdasarkan hasil penelitian Harmansyah (2017), peroporsi konsumsi pakan keseluruhan lutung, dapat diketahui urutan konsumsi pakan dari yang paling tinggi sampai dengan konsumsi paling rendah, yaitu Sengon 22,70% (4,54), Pulai 18,41% (3,68), Terap10,39% (2,08), Karet 8,46% (1,69), Kayu gadis 7,48% (1,50), Mangga 7,12% (1,42), Lamtoro 5,23% (1,05), Kayu bawang 5,22% (1,04), Flamboyan 4,28%  (0,86), Johar 3,99% (0,80), Sungkai 3,89% (0,78), dan Kapuk 2,83% (0,57).

Istirahat
Aktivitas istirahat merupakan periode tidak aktif. Saat istirahat Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  menghindari teriknya sinar matahari dengan cara turun ke bagian tajuk yang paling rendah (Chivers, 1980). Kegiatan istirahat umumnya dilakukan pada siang hari setelah melakukan kegiatan makan dan kondisi cuaca yang panas atau gerimis, hujan. Kegiatan istirahat akan meningkat frekuensinya setelah siang hari dan dilakukan pada pertengahan tajuk pohon-pohon yang rindang.
Gambar. Lutung Kelabu sedang beristirahat

Pada saat istirahat semua anggota kelompok akan berkumpul dan melakukan kegiatan berkutu-kutuan menelisik (grooming) atau kegiatan bermain (playing) bagi individu muda. Lamanya kegiatan istirahat pada Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  ± 155-184 menit dari waktu aktifnya (Raemaekers dan Chivers, 1980 dalam Rinaldi, 1992).
Gambar. Lutung Kelabu Sedang Grooming

Pergerakan (Home range)
Aktivitas harian pada satwa liar adalah refleksi fisiologis terhadap lingkungan sekitarnya. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  umumnya melakukan aktivitas harian di tajuk- tajuk pohon (arboreal) yaitu dimulai dari meninggalkan pohon tidur hingga masuk ke pohon tidur selanjutnya (Chivers, 1980).
Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  mulai beraktivitas sebelum matahari terbit dan mengakhirinya pada sore hari untuk beristirahat lebih awal dari jenis primata diurnal lainnya. Waktu aktivitas hariannya kurang lebih berlangsung 9,5 jam, dari pukul 06.19 hingga 15.43. Aktivitas yang dilakukan antaralain bersuara, berpindah, makan, bermain dan istirahat (Duma, 2007). Secara umum jenis-jenis Hylobatidae memiliki perilaku yang sama.

Gambar. Lutung Kelabu mulai bergerak

 Salam Konservasi...................................


Referensi Bacaan
Bates, B.C. 1970. Territorial behaviour in primates: review of recent field studies. Primates. 11(27): 1-2.
Chivers, D. J. 1980. Diagnostic features of Hylobatidae species. Jurnal International Zoo Yearbook. 18: 57–164.
Chivers, D. D. 1994. Functional anatomy of the gastrointestinal tract. In: Davies, A.G. and Oates, J.F. (eds.) Colobine Monkeys: Their Ecology, Behaviour and Evolution. Cambridge University Press, Cambridge, Pp. 205–249.
Convention International Trade Endangered Spesies. 2013. Daftar Apendiks CITES. www.asean-wen.org. Diakses tanggal 22 Mei 2018.
Duma, Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku dan populasi klawet (Hylobates agilis alibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 167 p.
Dunbar, R.I.M. 1988. Primate Social Systems. Croom Helm Ltd., London
Groves, C. P. 2001. Primate taxonomy. Smithsonian Institution Press: Washington, D.C.
Harianto, S.P. 1988. Habitat dan Tingkah Laku Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  (Hylobates syndactylus) di Calon Taman Nasional Way Kambas. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 p.
Harmansyah, Y. 2017. Aktivitas Dan Pakan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821) Di Hutan Sekitar Kampus Universitas Bengkulu. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu (Tidak dipublikasi)
IUCN. 2014. IUCN Red List of Threatened Species. www. iucnredlist. Diakses tanggal 22 Mei 2018.
Karyawati, A.T. 2012. Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata. Jurnal Penelitian Sains. 15 (1).
Nurwulan, N. 2002. Pola pemberian pakan lutung perak Kalimantan (Trachypithecus villosus) di Taman Margasatwa Ragunan. Laporan Magang. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rinaldi, D. 1992. Penggunaan Metode Triangle dan Concentration Count dalam Penelitian Sebaran dan Populasi Hylobatidae. Jurnal Media Konservasi. 4 (1): 9-21 p.
Santosa, Y., Nopiansyah, F., Mustari, A.H dan Rahman, D.A. 2010. Penggunaan parameter morfometrik untuk pendugaan Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus, Raffles 1821)  Sumatera. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8 (1): 25-33.
Supriatna, J dan Rizki R. 2016. Pariwisata Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia; Jakarta.